Insomnia tampaknya masih setia. Dia datang selalu saat aku migraine dan aku jadi terpicu lagi dengan bapernya ibu sendiri. Kapan sih mama bisa mengerti aku?
Tau nggak rasanya menjalani hari dengan amat sangat normal, ceria, ketawa, lahap makan, marah-marah, dst. tapi malamnya kamu terpuruk lagi?
Itu siklus di aku. Apalagi saat sedang menstruasi begini. Sudahlah kemarin PMS aku binge eating dan nangis-nangis. Sekarang pula harus dipicu oleh ibu sendiri.
Sendiri di kasur, di dalam kamar yang gelap, dengan rasa rindu yang kamu tahan terus, lalu tiba-tiba nyesek seketika dan kamu nangis tersedu-sedu. Kamu tenang sebentar, lalu nangis lagi. Kamu tahu nggak seharusnya kamu baca percakapan lama dengan dia, tapi kamu nggak bisa tahan karena saking kangennya. Lalu kamu mulai buka galeri foto kamu dengan dia, percakapan lama kamu dengan dia. Lalu kamu loncat ke fakta gimana dinginnya dia sekarang.
Dan terisak-isaklah lagi, kamu, sendiri, di tengah gelap dan rasa sepimu itu.
Dan tumpahlah lagi yang sudah kamu tahan-tahan beberapa hari ini.
Tangismu sungguh mengiba sampai nafaspun rasanya sulit.
Lalu di antara tangis itu kamu mulai marah-marah lagi sama Tuhan. Apa sebenarnya yang Ia mau aku lewati. Sesak. Sakit. Sampai kapan aku begini, begitu batinmu tak terima.
Sejurus kemudian kamu minta maaf karena sudah nyalahin Dia. Tapi lalu kamu merasa hampa. Dan terjangan kenangan datang lagi, rasa rindu dan kesepian yang menciptakan lubang dalam di hatimu makin menjelma jurang.
Akhirnya kamu buka resep-resep baking di Youtube, kemudian buka online shop. Dan lincah jari ini belanja lewat layar handphone. Lalu kamu bertanya-tanya bagaimana saldo tabungan kamu amblas parah di akhir bulan, darimana tagihan-tagihan itu membengkak saat datang.
Setelah itu kamu mulai berpikir ingin mati. Ah, jangan dulu. Gila, mati sekarang sih cuma pindah dari neraka dunia ke neraka beneran. Ingin hidup yang baru saja, deh. Resign? Gunakan uang tabungan terakhir untuk memulai hidup baru di negara lain? Masih belum segitunya nyaliku. Jadi apa? Bagaimana? Harus berbuat apa aku ini???
Beberapa malam lalu saat sakitnya tidak kalah dengan yang tadi malam, aku sudah ambil razor lagi. Tapi ternyata aku takut. Nggak, kali ini aku nggak boleh sampai melukai diri lagi. Lihat dirimu di cermin. Rambut panjang kesayanganmu sudah tidak tampak di situ. Cukuplah sampai di situ ada benda tajam menyentuh bagian tubuhmu. Ini akan berlalu, kok. Kamu kan sudah mulai terbiasa dengan kehampaan ini. Kesepian dan rasa sakit ini. Jalani saja!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment