Dia yang begitu setia hanya padamu, pada saatnya akan berpaling juga.
Dia yang memperjuangkanmu, pada saatnya akan menyerah juga.
Dia yang selalu membiarkanmu buntu menerka isi hati dan kepalanya, ternyata sampai akhir pun tetap diam seribu bahasa.
Dia yang begitu kau kenal baik, pada saatnya akan menjelma asing juga.
Dia yang kau yakini hanya ada dirimu di matanya, akan menggandeng tangan yang bukan tanganmu pada saatnya.
Dia yang kau yakini tak akan sanggup menyakitimu, ternyata sangat pandai menorehkan pada hatimu luka menganga.
Dia yang kau cemaskan setiap hari, pada saatnya akan melenggang pergi.
Dia yang kau tangisi sampai detik ini, sedang berbahagia di atas ratapanmu yang tak terperi.
Dia yang mampu kembali cepat mengisi hati, dengan wanita yang bukan dirimu, karena kodratnya lelaki.
Dia yang menyisakan kekosongan di hatimu, yang pada saatnya... entah kapan saatnya... akan terisi lagi.
Dia yang membuatmu makin meyakini, bahwa lelaki kodratnya mendua, seperti kata Habibie.
Dia yang menyadarkanmu... seberapa tangis pun dia curahkan atas takdir ini, tangisan pria nyatanya hanya sebatas mata. Saat di hati sudah mampu mendua.
Dia yang membuatmu tersesat jiwanya.
Dia yang membuatmu terpukul kesadarannya.
Dia yang pada saatnya, kini, mewariskan padamu hanya derita.
Dia yang sampai saat ini pun kau yakini masih menyisakan dirimu di hatinya, dia yang tak mampu bagimu untuk membencinya, ternyata... pada saatnya....
SH
0 comments:
Post a Comment