Enter Your Slogan Here: Lorem Ipsum Semblar un Simplificat Quam un Skeptic!

Sunday, October 31, 2010

Lingkaran Setan yang Jauh dari Dao


Seorang senior pernah berkata padaku, inisiasi itu bak lingkaran setan. Kalau kau masuk ke dalamnya, ga bisa keluar lagi dan memang tradisi ini sudah seperti mendarah daging, kemungkinan amat sangat kecil untuk bisa ditiadakan.

Seorang sahabat berkata padaku, marah-marah itu jauh dari Dao. Energi yang dikeluarkan sama sekali gaaaak positif! Saat ospek a.k.a inisiasi, maba-maba akan dimarah-marahi nggak jelas juntrungannya. Jadi ga aneh kalo ini jadi salah satu penyebab dia menentang acara model begini.

Inisiasi itu sebenernya apa sih?
Kata mbah google, inisiasi itu pemberian asi pertama kalinya untuk bayi. Nah berarti, para maba ini diibaratkan sebagai bayi-bayi yang baru masuk ke dunia kita si penginisiasi yang faktanya memang sudah senior dan pasti lebih tahu tentang dunia ini dibanding mereka si bayi-bayi.

Berarti, selanjutnya, yang harusnya dilakukan saat acara inisiasi maba adalah memperkenalkan dunia yang akan mereka masuki ini, agar mereka bisa survive. Kalau bayi gak bisa tumbuh tanpa sang ibu, maba pun sejatinya akan hilang seimbang kalau ga kenal seniornya. Benarkah? Well menurutku ada benarnya juga. Tetapi perlukah sang senior memarah-marahi si maba dan ngerjain mereka sebegitunya saat inisiasi? Tujuannya apa?

Dulu, aku sama sekali ga tau tentang apa yang biasanya dilakukan di acara inisiasi. Wajar kan kalau kemudian aku sakit hati begitu diperlakukan semena-mena sama para seniorku? Aku shocked sampai batas maksimal saat beberapa senior dengan semena-mena melecehkan keyakinanku. Oke ini bukan STPDN, ini sastra Cina FIB UI, makanya mereka ga main fisik tapi pindah ke mental, begitukah? 

Kejadian tiga tahun lalu ini kembali membayangiku saat aku yang sekarang posisinya sudah di jenjang paling atas alias senior tertinggi, kena giliran menginisiasi maba Cina 2010. Dibilang mendukung, aku sudah membulatkan tekad dari awal untuk ga mau bertindak yang merugikan diri sendiri semacam marah-marah sama para maba dan menyakiti orang lain seperti itu. Dulu malah ingiiin rasanya menghentikan tradisi macam ini. Tapi dibilang menentang, dua angkatan di bawahku banyak yang terkesan nggak menghargai dan menghormati kami seniornya. Di sini aku jadi berpikir apa sebenarnya memang begitu akibatnya kalau maba gak diinisiasi "parah"?

Tapi lagi-lagi aku mempertanyakan, perlukah marah-marah dan menyiksa para maba? Yang jelas, aku sakit ketika diperlakukan demikian. Dan kemarin saat dini hari maba-maba itu diperlakukan begitu, aku kaget sendiri karena aku sempet ngerasa nyesek. Hampir ga percaya saat aku bahkan terasa pengen nangis melihat "penyiksaan" itu. Aku berusaha menjauhkan diri dari atmosfer itu, tapi toh akhirnya kecemplung juga. Aku memang ga ikut teriak marah-marah tapi aku toh ikut tertawa saat mereka memperagakan nama cantiknya. Nama cantik yang lucu, bukan yang menjijikkan atau bahkan mengarah ke asusila.

Mungkin yang perlu dibenahi, rangkaian acara dalam malam-malam inisiasi itu ya. Bagaimana caranya agar junior menghormati senior sewajarnya, dan agar kami senior nggak jadi gila hormat juga.

0 comments:

Post a Comment